Tak Tamat SMA, Sukses Jadi Pengusaha Hotel Syariah

Mereka yang baru mengenal Rochani pasti tidak akan menyangka jika perempuan dengan penampilan dan tutur kata sederhana ini merupakan seorang pengusaha pemilik Grand Dafam Rohan, sebuah Hotel Syariah bintang empat di bilangan Bantul, Yogyakarta.

Sebagai seorang pengusaha, perempuan asli Pleret, Yogyakarta, ini begitu berhati-hati membangun usahanya, sehingga kehati-hatian tersebut menjadi salah satu prinsipnya. Maka tidak heran jika kini usahanya semakin bertambah saja.

Rochani masih ingat betul bagaimana orangtuanya mendidiknya berwirausaha sejak ia masih duduk di bangku sekolah dulu.

“Setelah dari SMP 2 itu terus melanjutkan ke SMA, tapi gak sampai tamat karena baru empat bulan naik kelas dua terus menikah, waktu itu umur saya 16 tahun. Setelah itu punya anak pertama itu 18 tahun saya. Orangtua saya itu kan memang wiraswasta jadi sejak kecil dan saya masih sekolah itu sudah diajari sepulang sekolah nanti belanja ke Pasar Beringharjo, ngedarin dagangan (berjualan, red.),” kenang ibu tiga anak ini, kepada Majalah Tabligh di sela-sela acara Majelis Ta’limnya di ruang meeting Jasmine Room, hotel Grand Dafam Rohan pada Mei lalu.

Ia juga mengaku sekolahnya di tingkat SMA tak dilanjutkannya lagi sejak ia menikah pada umur 16 tahun dan pada tahun 1985 itulah ia membuka usaha pertamanya.

“Nah setelah saya menikah itu, rumah saya kan di Wonocatur, buka usaha penggilingan, buat toko kelontong cuma di sana kan akses jalannya bukan jalan besar terus di sana juga kan saingan-saingannya juga banyak terus akhirnya saya pindah ke depan JEC saya mulai tahun 1985,” tuturnya.
Dari membuka usaha penggilingan dan toko kelontong, Rochani beralih usaha menjadi distributor pakan ternak di Bantul.

“Saya mulai jualan di depan lokasi yang sekarang jadi Poltekkes Bhakti Setya Indonesia. Terus lama-lama kan saya suka ganti usaha juga jika misalnya tidak menguntungkan. Saya tahun 1987 itu jadi distributor pakan ternak. Nah, setelah itu ada krismon (krisis moneter, red) tahun 98 sampai dollar tinggi sekali, waktu itu langsung ke peternak, membuat kemitraan, jadi langsung navigasi anak ayam, obat-obatan pakan. Istilahnya dari kontraknya itu sudah dihitung sama Pabrik keuntungannya. Nah, tempat usaha saya sekarang itu kan jadi tempat Poltekkes itu,” kisahnya.

Setelahnya Rochani bergabung dengan usaha anaknya yang tinggal di Jakarta, dari hasil keuntungannya selama berwirausaha tersebut akhirnya ia belikan tanah.

“Nah, hotel ini kan waktu itu tanahnya memang sudah ada, saya berpikir supaya anak itu ada usaha yang bisa menyatukan mereka gitu (usaha bersama), nah kalau tanah ini sudah ada tapi gak dikembangkan kan hanya persawahan gitu, jadi sebagai wujud syukur saya, saya sudah ada tanah kok malah gak dimanfaatkan,” ceritanya.

Kemudian dari hasil beli tanah tersebut lah, Rochani berpikir usaha apa yang cocok ia bangun dan kembangkan, akhirnya ia mendapat ide mendirikan hotel setelah merasa ragu dengan kehalalan makanan hotel yang pernah ia datangi.

“Saya berpikir di samping tidak untuk kami sendiri nanti ada tenaga kerja yang bisa terserap (mengurangi pengangguran). Di rumah saya itu kan ada pengajian-pengajian, cuma kan karena dekat pasar jadi parkirnya sulit, terus akhirnya dengan berbagai pertimbangan gitu ternyata ada operator hotel. Dulu awalnya saya berpikir itu sesuatu yang baru, nah saya kalau sesuatu yang baru itu ga ikut menangani itu. Pokoknya harus tahu dari A-Z itu bagaimana, jadi operator dafam yang punya konsep hotel syariah gitu,” tuturnya.

Sejak hotelnya berdiri pada 1 Muharram 1439 Hijriah, Rochani mengaku lebih banyak kesenangan yang ia dapatkan, salah satunya ialah memperluas silaturahminya.

“Jadi kenal banyak pengajian kan senang, hanya kalau untuk kelayakan usaha itu kan jangka panjang, kalau saya perputarannya cepat jadi belum ada setahun cuma kepuasan batin itu ada, misalnya karena hotel ini dibuat jadi tempat Rakernas dari Banten, dan darimana saja, bisa menampung tenaga kerja misalnya ada yang mau PKL tapi mereka jilbaban itu kadang-kadang kesulitan, ada hotel-hotel yang memang nasional (melarang jilbab), nah kalau di sini memang yang dicari itu yang pakai jilbab, jadi tempat shalat juga nyaman buat tamu,” ungkap pemimpin hotel dari 140 karyawan ini.

Konsep syariah yang diusung dalam hotelnya ini, tidak hanya ia tunjukkan melalui fasilitas hotel yang menyediakan Masjid, peralatan shalat di setiap kamar, tamu yang datang bersama lawan jenis harus menunjukkan akta nikah maupun para karyawan perempuannya yang wajib berjilbab, namun juga sampai ke produksi makanannya yang melibatkan MUI setempat.

“Di sini juga tidak ada minum-minuman keras, makanan dari MUI juga diteliti, misalnya belanja tempe kalau ga ada sertifikatnya itu kan memang lebih murah tapi selisihnya 1000, kan 20 persen tapi kalau kita sudah berniat syariah gitu, kan harus konsisten gitu. Karena syariah itu kan harus keseluruhan,” jelas perempuan yang aktif di Yayasan Amal Usaha Muslim Yogyakarta ini.

Selain adanya Masjid, keunikan lain dari usaha hotelnya ialah adanya Majelis Ta’lim dan pengajian rutin yang ia dirikan paska mengikuti seminar salah satu Trainer Motivator ternama mengenai tazkiyatun nafs.

“Saya kan dulu sudah pernah ikut pengajian ustadz Anant, di Wisma Pasar Gedhe, terus di hotel Duta Garden Cuma kan di sana ruang meetingnya sedikit kapasitasnya jadi kalau pas dipakai acara itu waktunya tidak bisa tepat, nah kalau di sini kan ada beberapa ruang meeting yang bisa dipakai gitu,” jelasnya lagi.

Pengajian ini, aku Pembina di Yayasan Tunanetra Al-Hikmah ini, sebenarnya sudah lama berhenti kemudian pada Mei lalu secara perdana dimulai kembali.

“Pengajian ini sebulan sekali, pekan kedua setiap Rabu. Kalau di rumah saya juga ada pengajian tafsir setiap malam jumat. Nah kalau dengan ustadz Anant ini kan sudah ada jamaahnya sendiri. Hari Sabtu saya di Ibnul Qoyyim. Nama majelis ta’limnya namanya Taman Jiwa,” ungkapnya.

Ketika ditanya tipsnya untuk Wirausaha Muda, terutama Wirausaha Muda Muhammadiyah, ia mengingatkan agar selalu berhati-hati ketika akan dan saat membangun usaha.

“Generasi muda itu kan pakai dengan model online itu hukumnya gimana ya ga kelihatan barangnya, kalau saya kan real ya, tapi kan kadang kalau ga hati-hati itu ada yang bisa ketipu jadi harus hati-hati betul,” ingatnya.

Seminar-seminar bisnis menurutnya memang banyak dan teori mengenai hal tersebut juga diperlukan, namun kalau sudah ke praktek maka mesti diulang lagi untuk memastikan.

“Nanti ada studi banding ketika mau usaha, kemudian lihat perkembangannya bagaimana, kalau cuma asal aja kan akan lebih mudah jatuh usahanya kalau ga hati-hati, jadi harus penuh perhitungan dan terus mencari ilmu. Kalau kaya sekarang Yaumy itu kan anak-anaknya sudah dipersiapkan untuk menjadi Yaumy next jadi nanti kan ayah ibunya ngasih wawasan juga dalam usaha,” tuturnya.

Rezeki itu, ungkap pemilik usaha Soto Pak Marto ini lagi, memang sudah diatur oleh Allah tapi kita sebagai manusia tetap harus berusaha.

“Jadi dianalisa dulu, kalau sudah mau ditindaklanjuti harus dicek lagi soalnya jika sistemnya kerjasama gitu kalau ga hati-hati nanti bisa ditipu. Kalau sendiri kan belum ada pengalaman, belum berani untuk sendiri, jadi jika nanti ada temannya untuk berbisnis, itu juga harus hati-hati. Jadi tidak hanya menyerahkan uang terus nanti dilepas tapi kita juga ikut masuk (mengawasi, red.). Jadi kita tidak boleh berprasangka jelek gitu ya, tapi kita tetap harus waspada,” ungkapnya.

Rochani melihat kadang-kadang ada gangguan saat ada dua anak muda mendirikan usaha.

“Awalnya itu bagus tapi syetan itu kan ada toh kalau ada persahabatan yang tulus mulus misalnya akan mencoba merusak,” tuturnya.

Selain mengikuti seminar, para wirausaha muda Muhammadiyah juga harus banyak membaca buku.

“Terus tanya-tanya ke mereka yang sudah pengalaman. Di samping itu mengingatkan amal ibadah, orang jawa itu dilalah itu yang penting kita itu sudah dawuh, dawuh itu perintahnya Allah, kita tu mencoba sampai Allah ridho, nanti itu yang menunjukkan jalan, ibaratnya yang menuntun jalan kita menuju usaha itu ya Allah,” pesannya.

Kiat sukses Rochani dalam membangun usaha selama ini ialah terletak pada pertolongan Allah dan hidup dengan Qana’ah.

“Kan kalau saya sendiri dari latar belakang sekolah juga tidak sampai selesai, tapi dengan berusaha, berdo’a, banyak belajar kemudian mengikuti grup pengajian misalnya seperti Yaumy ada pengusaha-pengusaha Jogja di dalam juga banyak belajar. Bisa menyesuaikan kondisi keuangannya, pas dari awal itu memang tidak terlalu ambisius sekali terkaitnya nanti untuk kesenangan yang bagi kami memang senangnya hidup sederhana (Qana’ah, red). Kan ada toh orang yang dipaksakan misalnya beli hal-hal yang tidak begitu penting. Diajarkan untuk tidak bergaya hidup mewah lalu dipaksakan,” akunya.

Sehingga, ia berpesan pada Wirausaha Muda agar selalu memohon petunjuk kepada Allah.

“Upayanya itu kita mohon kepada Allah petunjuknya terus cari apa yang membuat Allah ridho, nanti itu yang akan menuntun kalau misalnya bahasanya yang menunjukkan. Kalau saya dulunya juga gak tahu bakalan jadi Distributor Pakan tapi itulah jalan yang Allah tunjukkan. Kemudian jadilah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya, khoirunnaas anfa-uhum linnaas,” pungkasnya.

Belum ada Komentar untuk "Tak Tamat SMA, Sukses Jadi Pengusaha Hotel Syariah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel