Sang Pencerah di Desa Jeruklegi Kab. Cilacap


Tantangan Dakwah

Kabupaten Cilacap merupakan daerah kabupaten yang berada di wilayah Provinsi Jawa Tengah bagian selatan berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah sekitar 2.142,57 Km2 atau lebih kurang 225.360,84 Ha diatas ketinggian 0 – 1.146 meter diatas permukaan Laut.

Didaerah industri ini Dakwah Muhammadiyah masih terbilang perlu mendapat perhatian yang serius. Pemahaman masyarakat masih sangat kental dengan tahayul, bid’ah dan khurafat, membuat Ustad Ali Mursiddin, 73 tahun terpanggil untuk mendakwahi masyarakat setempat.


Sejak tahun 1963, ustad yang telah memiliki 11 orang anak dan 20 orang cucu, mulai menggarap lahan dakwah di desa Jambusari dan Desa Jeruklegi Wetan, Kecamatan Jeruk Legi, Kabupaten Cilacap. Di desa tersebut, layaknya Sang Pencerah, Da’i yang satu ini sekalipun usianya semakin tua, tapi semangatnya tetap membara mendatangi satu persatu rumah warga untuk mengajak berislam sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Satu persatu tantangan dakwah pun dihadapinya. Mulai dari pemahaman yang masih tradisional dari warga setempat sampai pada gencarnya gerakan Kristenisasi.

Bencana Aqidah

Kritenisasi di Indonesia bukan hanya issu belaka, melainkan fakta. Sasaran mereka adalah daerah-daerah yang terisolir dan rawan bencana. Sekalipun menggunakan cara yang tidak asing lagi, seperti bagi-bagi sembako dan injil kepada warga, sebagaimana yang dilakukan oleh kelompok Yayasan Bina Sejahtera (YSBS). Namun mereka tetap saja PD alias ”percaya diri”, bahwa cara yang mereka lakukan itu adalah cara yang paling efektif untuk mengkristenkan warga setempat. Namun yang menarik, sepak terjang para missionaris ini mulai menurun semenjak Ustad Ali, berhasil mengislamkan salah satu penginjil di desa itu, yakni Sanya Sumedi. Melalui diskusi yang panjang dengan ustad Ali, akhirnya Sumedi ’angkat tangan’ dan mengucapkan dua kalimat syahadat. Dan yang tersisa saat ini hanyalah Lembaga pendidikan seperti SMP dan SMA Yos Sudarso yang sengaja didirikan dengan megah oleh YSBS didesa itu hanya untuk menarik perhatian warga agar menyekolahkan anaknya disekolah tersebut. Dan ironisnya masih banyak warga yang lebih memilih anaknya untuk sekolah di SMP dan SMA Yos Sudarso daripada di SMP dan SMA Muhammadiyah di Cilacap. Hal ini bukan dikarenakan sekolah Muhammadiyah didaerah tersebut tidak mampu bersaing dengan sekolah yang didirikan oleh YSBS, namun kebencian terhadap gerakan dakwah Muhammadiyahlah yang membuat warga enggan menyekolahkan anaknya disekolah Muhammadiyah.

Pak Masdar, salah satu guru di SMP Muhammadiyah 1 Cilacap pun mengutarakan, bahwa warga disini terutama yang berada didesa-desa pedalaman seringkali diberikan informasi yang keliru tentang Muhammadiyah oleh para sesepuh Diantaranya kata-kata yang seringkali muncul di masyarakat adalah ”panjenengan iku ojo melu-melu karo Muhammadiyah. mergane neng Muhammadiyah mati, ora di adzani, ora di tahlili, lan ora di slametin”. (Kamu itu jangan ikut-ikut dengan Muhammadiyah, karena di Muhammadiyah kalau meninggal tidak di azankan, tidak tahlilan dan tidak selametan). Akhirnya dengan latar belakang pendidikan yang rendah warga pun langsung mempercayai perkataan-perkataan tersebut. Inilah yang menjadi tantangan berat Ustad Ali Mursiddin untuk menjadi Sang Pencerah didaerah itu.

Cacian dan makian itu hal yang biasa bagi ustad Ali Mursiddin. Di daerah eks. Basis PKI ini, ustad Ali cukup berhati-hati pula dalam berdakwah. Dan Alhamdulillah dakwah ustad Ali, sekalipun belum maksimal, namun bisa katakan cukup berhasil, dan pengajian binaannya pun kian hari, kian bertambah. Masyarakat satu persatu mulai menerima pengajarannya. Jam terbangnya pun kian padat, bahkan tidak hanya di desa jeruklegi wetan saja lahan garapannya, melainkan sampai ke daerah Banyumas dan sekitarnya.

Bencana Banjir

Selain bencana aqidah, Kabupaten Cilacap memang tidak pernah luput juga dari bencana Banjir, sebagaimana yang terjadi beberapa hari yang lalu tepatnya pada hari senin (20/9) dini hari, pukul. 00.30 WIB, air sungai Jambu kembali meluap dan membanjiri Beberapa kecamatan antara lain, Jeruklegi, Kawunganten, Bantarsari, Gandrungmangu dan Kecamatan Kampunglaut.desa yang ada di Kab, Cilacap. Diantaranya Desa Rawajaya, Binangun, Kawunganten, Bringkeng dan Jeruklegi wetan. Air yang mencapai ketinggian ± 2 m tersebut, merusak dan merobohkan beberapa rumah warga, diantara 32 KK warga Muhammadiyah setempat, dan salah satunya adalah ustad Ali Mursiddin.

Akibat banjir tersebut, warga Kawunganten yang mengungsi mencapai 673 KK, yang terdiri dari 115 KK dari desa Kawunganten Lor, 147 KK dari desa Sarwadadi, 401 KK dari desa Kalijeruk dan 10 KK dari desa Bojong. Hingga laporan ini dikeluarkan pada 20 September pukul 17.00 WIB, kerugian belum dapat diperhitungkan. Tetapi bencana banjir telah mengakibatkan sejumlah kerusakan diantaranya, rumah rusak berat 1 unit, rumah rusak ringan 6 unit, rumah teredam 2.079 unit dan tempat ibadah 1 unit. Sedang prasarana lain yang mengalami kerusakan yakni jembatan 2 buah, talud di dua lokasi, serta 45 hektar sawah terendam dan 3 hektar kolam ikan terendam banjir.

Sedangkan di kecamatan Jeruklegi menelan satu korban jiwa, yang ditemukan didesa Jeruklegi kulon dalam genangan lumpur. Sedang kerusakan yang ditimbulkan akibat banjir rumah roboh sejumah 7 unit, rumah rusak berat 11 unit, rumah rusak ringan 2 unit dan warga yang diungsikan sejumlah 10 KK. Banjir juga mengakibatkan jalur transportasi Jeruklegi – Kawunganten lumpuh total selam 6 jam

Bantuan sembako dan pakaian baik dari PEMDA setempat dan warga Muhammadiyah di Cilacap memang telah sampai ke tangan mereka. Namun bantuan fisik (materil) berupa bahan-bahan bangunan untuk mendirikan kembali rumah mereka yang ’ambruk’ dibawa banjir sampai saat ini masih menunggu uluran tangan dari para dermawan. [laporan: Rio E. Turipno]

Belum ada Komentar untuk "Sang Pencerah di Desa Jeruklegi Kab. Cilacap"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel